-Indonesia tanah air beta Pusaka abadi nan jaya Indonesia sejak dulu kala Tetap di puja-puja bangsa Di sana tempat lahir beta Dibuai dibesarkan bunda Tempat berlindung di hari tua Tempat akhir menutup mata-
(home) (gubug hatiku) (ceritaku) (jepretan) (hometown) (my pride) (Tentang Penulis) kritik saran

Menuturkan Sejarah Lamongan Lewat Pawai Budaya dalam HJL 440

JAKARTA - Menuturkan sejarah kota tidak harus dipaparkan lewat cerita lisan atau dengan bacaan. Pawai Budaya dalam perayaan Hari Jadi Lamongan ke-440 tahun menjadi sebuah sarana menuturkan sejarah Kabupaten Lamongan. Langkah ini merupakan bentuk kreasi seni sekaligus mengisahkan cikal bakal Lamongan tempo dulu.

Drama kolosal yang dikemas dalam pawai budaya kali ini mengambil start di depan Pendodo Lokatantra Lamongan dibuka dengan drama tari yang menceritakan lintasan sejarah Lamongan. Drama tari ini dibawakan 80 mahasiswa asal Lamongan yang menempuh pendidikan di sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya.

Tarian yang mengisahkan sejarah Kabupaten Lamongan terbagai dalam tiga babak utama, yakni era Kerajaan Majapahit, eraKerajaan Demak Bintoro hingga diwisudanya Rangga Hadi sebagai Adipati pertama Lamongan.

Babak pertama mengisahkan era Kerajaan Mjapahit di Lamongan yang ditandai dengan adanya Prasasti Bululuk (sekarang Bluluk). Prasasti itu menegaskan bahwa daerah yang bernama Bululuk adalah bumi mardikan. Di tanah atau bumi perdikan yang masyarakatnya dibe baskan dari tarikan pajak (upeti) oleh Kerajaan Majapahit.

Pada babak kedua beralih pada masa berkembangnya agama Islam di era Kerajaan Pajang hingga Kerajaan Demak Bintoro. Pada era inilah bangsa Portugis datang untuk menjajah Indonesia. Masa itu pecah perang melawan Kerajaan Demak Bintoro. Pada babak ini para penari menggambarkannya dengan Tari Kuntulan yang kental dengan budaya Islam dengan paduan suasana musik hadrah nan rancak.

Drama tari ditutup dengan babak diwisudanya Rangga Hadi, pemuda asal Dusun Cancing (Ngimbang) menjadi Adipati pertama Lamongan dengan dengan gelar Tumenggung Surajaya oleh Sunan Giri IV dari Mapel (Gresik). Pelantikan Rangga Hadi berlangsung pada 10 Dzulh ijah atau 26 Mei 1569 masehi bertepatan dengan Hari Idul Adha tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menangkal masuknya Portugis.

Peserta pawai budaya kali ini dari 27 kecamatan di Lamongan dengan menampilkan 34 sajian budaya tersebut. Bupati Lamongan Masfuk dengan Wakil Bupati Tsalits Fahami Zaka serta Ketua DPRD Makin Abbas bersama isteri turut ambil bagian memeriahkan pawai. Mere ka berpakaian lengkap ala raja Jawa dan permaisuri. Sekretaris Kabupaten Lamongan Fadeli dan pejabat lainnya berpakaian adat khas Jawa Timuran lengkap.

Bupati Lamongan Masfuk sangat mengapresiasia pagelaran pawai budaya yang menampilkan berbagai kesenian yang bersumber dari nilai-nilai budaya lokal. Gelaran budaya seperti itu penting untuk perkembangan budaya lokal seiring dengan tumbunya wisata di Lamongan.

Masfuk berharap, budaya lokal yang ditampilkan mampu menarik animo generasi muda agar mampu mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal Lamongan. Dimasa mendatang saya berharap akan muncul seni-seni baru dari budaya lokal Lamongan, katanya.

Sehari sebelumnya ada tiga prosesi sakral mewarnai puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke- 440. Prosesi itu menyangkut pembukaan Selubung Lambang Daerah dan Pemasangan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja di gedung DPRD, Upacara HJL di alun-alun Kota Lamongan dan Penyemayaman Lambang Daerah di Pendopo Lokatantra.

Di gedung DPRD Lamongan, Ketua DPRD Lamongan Makin Abbas melakukan prosesi membuka selubung pataka lambang daerah dilanjutkan dengan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja lalu diserahkan kepada Bupati Lamongan Masfuk. Selanjutnya, Bupati, Wakil Bupati Ts alits Fahami dan Sekkab Fadeli bersama muspida berjalan kaki mengiringi Lambang Daerah menuju lapangan upacara alun-alun Kota Lamongan.

Masfuk menginginkan agar momentum peringatan Hari Jadi Lamongan ke-440 bisa memberi makna lebih, tidak hanya sebatas peringatan seremonial semata. Makna lain itu berarti membangkitkan rasa optimisme dan percaya diri dengan terus berusaha mengejawantahkann ya dan kerja keras dan doa. Kerja keras dan doa itulah sesungguhnya cikal bakal daerah ini dibangun, katanya.

Di usia Lamongan ke-440 tahun beberapa keberhasilan pemerintah bersama masyarakat telah diwujudkan. Di Lamongan penurunan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Timur yakni mencapai 24,25 persen. Pendapatan perkapita masyarakat naik menjadi Rp 5,6 juta pada 2008. Meski demikian, sektor pembangunan infrastruktur seperti jalan poros desa tetap menjadi komitmen pemerintah untuk dituntaskan, paparnya.

Prosesi penyemayaman Lambang Daerah di Pendopo Lokatantra setempat ditandai dengan pelepasan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja dan penutupan selubung Lambang Daerah oleh Ketua DPRD. Sebelumnya, prosesi di pendopo diisi dengan pembacaan sejarah HJL ol eh sesepuh Lamongan Sudikno. Samangat Hari jadi Lamongan ke-440 diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan pencapaian kemajuan Lamongan secara menyeluruh, dan merata. Esensi akhirnya kesejahteraan masyarakat harus tetap dikedepankan. Selamat hari jadi ke-440. (tim adangdaradjatun.com/sumber kompas.com)


Sumber: http://adangdaradjatun.com/component/content/article/1-berita-terbaru/147-menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai-budaya

0 komentar: