-Indonesia tanah air beta Pusaka abadi nan jaya Indonesia sejak dulu kala Tetap di puja-puja bangsa Di sana tempat lahir beta Dibuai dibesarkan bunda Tempat berlindung di hari tua Tempat akhir menutup mata-
(home) (gubug hatiku) (ceritaku) (jepretan) (hometown) (my pride) (Tentang Penulis) kritik saran

Menuju Kiblat Fesyen Muslim Dunia, IIFF Resmi Dibuka

Sabtu, 14 Agustus 2010
SEBAGAI langkah awal kampanye pencanangan "Menuju Indonesia Menjadi Kiblat Muslim Fesyen Dunia pada 2020", pameran busana muslim prestisius Indonesia Islamic Fashion Fair (IFFF) resmi dibuka.
Pameran yang diselenggarakan oleh Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) itu diikuti oleh 31 perancang busana muslim yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Perancang Muda Indonesia (APPMI). Yaitu Anne Rufaidah, Ida Royani, Merry Pramono, Dian Pelangi, Iva Lativah, dan Jeny Tjahyawati.

Selain desainer busana muslim, hadir pula rancangan desainer terkemuka seperti Ghea Panggabean, Merdi Sihombing, dan Stephanus Hamy. Mereka mengeluarkan karya khusus Ramadan untuk perhelatan IIFF.

"APPMI berdiri sudah 17 tahun, mungkin karena fashion designer terlalu home industry jadi enggan dilihat oleh industri besar. Kini, perlu meyakinkan value added. Bagaimana mengetahui mass production, tapi juga bagaimana marketnya. Untuk mewujudkan kiblat busama muslim dunia, stakeholder, industri besar harus terkait membantu mewujudkannya," jelas Ketua Umum APMMI yang juga menjadi Fashion Director IIFC, Taruna K Kusmayadi saat konferensi pers di Plaza Indonesia, Jakarta, Jumat (13/8/2010).

IIFF yang berlangsung pada 12 Agustus-3 September 2010 itu digelar di Plaza Indonesia. Dalam ajang ini membawa harapan kelak fesyen muslim Indonesia akan sejajar dengan brand asal Itali dan Perancis sebagai kiblat mode dunia.

"Sebetulnya simpel saja, kalau fesyen konvensional ada Milan Fashion Week, Hong Kong Fashion Week, dan sebagainya. Itu karena pesaingnya untuk fesyen yang bentuknya konvensional. Kalau busana muslim bisa dijadikan lokomotif, selain ibadah, bisa menjual kebudayaan, industri, ornamentasi, ragam rias, untuk bisa menjadi kiblat fesyen muslim dunia," ungkap Nuna saat berbincang dengan okezone.

Tak hanya mengangkat Tanah Air sebagai kiblat fesyen muslim dunia saja, IIFF pun membantu perekonomian Indonesia.

Menurut Edy Putra Irawady, Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, industri fesyen bisa dibuat lebih kreatif agar memiliki daya saing dan mampu bersaing di pasar dunia. Kreativitas para desainer yang akan memberi nilai tambah bagi industri tersebut.

"Kekuatan Indonesia ada pada limited women textile. Selama ini, kita hanya banyak membuat, tapi tidak banyak yang jadi pencipta. Padahal, ini dampaknya besar terhadap industri-industri. Kalau berkembang, industri mode akan berkembang, karena kita yang jadi pencipta, bukan hanya pembuat barang," tutur Edy.

Lalu, mengapa busana muslim? Hal ini untuk merespon fenomena yang berkembang, adanya sentimen positif masyarakat terhadap gaya hidup Islami. Kian marak muslimah yang berjilbab dengan gaya modis, pesatnya percetakan buku islami, dan bergeraknya pasar keuangan syariah.

Terlepas dari itu, berkembangnya industri fesyen muslim di Tanah Air akan berimbas positif bagi sektor ekonomi lain. Seperti peningkatan ekspor TPT (tekstil dan produk tekstil), pemberdayaan UMKM, mendorong pariwisata, dan membuka lapangan kerja.

"Tidak hanya industri besar, tapi UMKM pun ikut. Ini akan membantu menggelembungkan balon perekonomian Indonesia," papar Edy Putra Irawady di kesempatan yang sama.

Untuk saat ini, jumlah ekspor TPT dalam negeri Indonesia senilai USD10 miliar. Sementara menurut data Nielsen pada 2008, kontribusi industri fesyen dunia senilai USD1,7 triliun, dengan porsi industri fesyen sekitar USD228 miliar.

"Jika kita fokus mendorong produk busana muslim, bisa saja 10 tahun nanti menjadi USD40 miliar," kata Ir Gilarsi Wahyu Setijono, Direktur IIFC.

Berkembangnya industri busana muslim akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan UMKM, karena di belakang industri ini banyak pengrajin-pengrajin aksesori yang mendukung. Kemudian, sebagai industri padat karya, tentu akan menyerap banyak SDM. Ini akan membantu mengurangi pengangguran di dalam negeri.

"Dengan berkembangnya industri fesyen muslim, maka kemampuan SDM akan meningkat dan lapangan tenaga kerja pun bertambah," kata Ir Anshari Bukhari, Dirjen Industri Logam Tekstil dan Aneka, Departemen Perindustrian RI.

Prospek ekonomi lain yang bisa diraih adalah pariwisata. Adanya IIFF yang rencananya digelar setiap tahun, tentu akan menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan manca negara asal Timur Tengah (Timteng).

"Indonesia punya karakter khusus terkait busana muslim. Indonesia terpengaruh dari keragaman budayanya. Ini kita tawarkan keluar dan diharapkan menarik tidak hanya konsumen, tapi buyer-buyer luar. Dalam bentuk luas lagi arahnya bisa kepada perdagangan," kata Ibu Esti, dari Bidang Promosi Depbudpar RI.

Seperti diketahui, sejak terjadi peristiwa WTC 11 September 2001, turis asal Timteng yang semula membelanjakan uangnya untuk berlibur ke AS atau Eropa, kini mulai melirik negara-negara Asia, terutama yang berpopulasi muslim. Kesempatan tersebut yang ditangkap Malaysia untuk mendongkrak pariwisata negara berslogan Truly Asia tersebut.

Tak ada kata terlambat. Sekarang Indonesia sudah mengarahkan pandangan ke kawasan Timteng. Adanya IIFF -yang direncanakan untuk menjadi event sekelas Hong Kong Fashion Week- serta pencanangan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia, tak pelak menjadikan negara ini surga belanja dan pariwisata bagi para wisatwan mancanegara Timteng dan negara Islam lainnya.

Sebagai langkah awal, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Ir M Hatta Rajasa bersama Menteri Pariwisata dan Kebudayaan, Jero Wacik, melalui perwakilannya, meresmikan pameran busana muslim prestisius bertajuk Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF) 2010. Hal tersebut sekaligus menandakan dimulainya Pencanangan Indonesia Sebagai Kiblat Fesyen Muslim Dunia.(nsa)



Sumber: Okezone

0 komentar: